Informasi

Logo Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Published on

Logo Provinsi Kepulauan Bangka Belitung – Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung, serta pulau-pulau kecil lainnya. Bangka Belitung terletak di bagian timur pulau Sumatera, dekat Provinsi Sumatera Selatan. Letak geografis provinsi ini adalah 1º50′ – 3º10′ Lintang Selatan dan 105º – 108º Bujur Timur. Bangka Belitung dikenal sebagai daerah penghasil timah, memiliki pantai yang indah dan kerukunan antar suku. Ibukota provinsi adalah Pangkalpinang. Pemerintah provinsi diundangkan pada tanggal 9 Februari 2001. Batas-batas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meliputi:

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berpenduduk 2.861.730 jiwa dengan kepadatan penduduk 105 jiwa/km². Suku bangsa yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Melayu, Tionghoa, Jawa, Bugis, Madura, Batak, Minangkabau, dll. Sebagian besar penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menganut agama Islam (sekitar 88,72%) dan sisanya beragama Budha (4,49%), Khonghucu (3,30%), Katolik (1,31%), Kristen (2,06%) dan Hindu. (0,01%). Berikut tabel jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung :

Logo Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2018 sebesar 0,24%. Rata-rata jumlah penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama 5 tahun terakhir adalah sama, yaitu sebesar 0,24%. Namun pada tahun 2015 terjadi peningkatan sebesar 0,02% dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 0,22%. Berikut data persentase penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung:

Mengawali Tahun 2023, Dpd Garis Babel Akan Gelar Donor Darah Dan Pojok Umkm

Masalah keterlambatan masih menjadi masalah utama dalam penyediaan perumahan di Indonesia, khususnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Angka backlog dalam beberapa tahun terakhir terus meningkat setiap tahunnya. Tingginya keterlambatan perumahan disebabkan oleh banyak faktor, antara lain pertumbuhan penduduk yang besar, harga rumah yang tidak terjangkau oleh masyarakat, keengganan pihak swasta untuk berinvestasi dalam penyediaan rumah MBR karena mahalnya harga tanah, dll. Dari tabel di atas, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki jumlah backlog yang cukup tinggi yaitu 3.657 KK pada tahun 2019. Mengenai data Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Ke depan, jumlah pemugaran (tidak tersedianya rumah untuk jumlah kebutuhan rumah) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan keluarga akibat terbentuknya keluarga baru. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang holistik dan komprehensif untuk mengurangi ketidaktersediaan rumah akibat jumlah kebutuhan rumah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang cenderung semakin tinggi. Ini terutama penyelesaian perumahan untuk orang miskin.

Secara umum arsitektur di Kepulauan Bangka Belitung memiliki ciri arsitektur Melayu, seperti yang terdapat di tempat-tempat sepanjang pantai Sumatera dan Malaka.

Di kawasan itu bisa ada tiga jenis, yaitu Arsitektur Melayu Awal, Melayu Bubung Panjang dan Melayu Bubung Limas. Rumah Melayu yang pertama berbentuk kayu panggung dengan bahan seperti kayu, bambu, rotan, akar pohon, daun atau alang-alang yang banyak tumbuh dan mudah didapatkan di sekitar pemukiman.

Komando Daerah Militer Ii/sriwijaya

Bangunan Melayu pertama ini memiliki atap yang tinggi dimana bagian atapnya miring, memiliki serambi di depan, dan beberapa bukaan yang berfungsi sebagai ventilasi. Rumah Melayu pertama terdiri dari rumah ibu dan rumah dapur yang berdiri di atas panggung yang ditanam di tanah.

Mengenai pilar, masyarakat Kepulauan Bangka Belitung mengenal filosofi pilar 9. Bangunan ini dibangun di atas 9 pilar, dengan pilar utama di tengah dan didirikan terlebih dahulu. Atapnya ditutupi dengan daun jerami. Dindingnya biasanya terbuat dari pelepah/kulit pohon atau alang-alang (bambu). Rumah Melayu Bubung Panjang biasanya karena penambahan bangunan di samping bangunan yang sudah ada, sedangkan Bubung Limas karena pengaruh Palembang. Sebagian atap di sisi bangunan dengan arsitektur itu dipenggal. Selain pengaruh arsitektur Melayu, ada juga pengaruh arsitektur non-Melayu yang terlihat dari bentuk rumah panjang yang biasa dihuni oleh warga keturunan Tionghoa. Pengaruh non-Melayu lainnya datang dari arsitektur kolonial, terutama terlihat pada tangga batu melengkung.

Manusia dalam interaksinya tidak dapat dipisahkan dari lingkungan tempatnya berada, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Salah satunya adalah kebutuhan akan tempat tinggal. Sebagai salah satu kebutuhan pokok dalam kebutuhan manusia, rumah tidak hanya sebagai tempat berteduh, namun fungsinya sebagai tempat tinggal lebih menonjol. Oleh karena itu, aspek kesehatan dan kenyamanan bahkan estetika bagi sebagian orang sangat menentukan untuk memiliki sebuah rumah dan hal ini berkaitan dengan tingkat kesejahteraan penghuninya.

Secara umum kualitas sebuah rumah tinggal ditentukan oleh kualitas bahan bangunan yang digunakan, yang secara riil mencerminkan tingkat kesejahteraan penghuninya. Selain kualitas rumah, fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari juga mencerminkan tingkat kesejahteraan. kondisi dan kualitas, serta fasilitas lingkungan hunian yang menunjang kenyamanan hidup sehari-hari. Berbagai struktur yang mencerminkan kesejahteraan ini dapat dilihat dari lantai rumah, sumber air minum dan MCK.

Pemkab Bangka Ikuti Penilaian Lomba Ppd Tk Provinsi Tahap Ii

Kepemilikan rumah merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan pembangunan perumahan dan permukiman. Hingga saat ini pemerintah telah berupaya mengembangkan kebijakan untuk menyediakan rumah sederhana dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat miskin yang daya belinya masih sangat rendah.

Tabel 6. Persentase Hemanara Berdasarkan Status Tempat Tinggal dan Luas Tempat Tinggal di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2017

Perbedaan pendapatan masyarakat mengakibatkan keluarga memiliki rumah yang ditinggalinya, menempati rumah tersebut tanpa mengeluarkan uang, bahkan mengontrak atau mengontrak rumah, atau lainnya. Tabel di atas menunjukkan bahwa secara umum mayoritas penduduk di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah memiliki rumah sendiri (lebih dari 80 persen pada tahun 2017).

Jika dilihat menurut wilayah tempat tinggal, terdapat perbedaan pola kepemilikan rumah di perkotaan dan pedesaan. Persentase rumah tangga yang tidak memiliki rumah di perkotaan jauh lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Hal ini terkait dengan daya tarik perkotaan, yaitu banyak orang pindah untuk bekerja di perkotaan dan harga rumah jauh lebih mahal daripada pedesaan, sehingga mereka lebih memilih untuk tinggal di rumah kontrakan/kontrak karena tidak mampu untuk membeli atau membangun. . . rumahnya sendiri.

Dpd Ri Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Rumah dengan kualitas yang baik akan membuat penghuninya merasa aman, terlindungi dan terjamin kesehatannya. Banyak faktor yang mempengaruhi kenyamanan, yaitu rumah yang luas dengan kualitas atap, dinding, dan lantai yang layak. Menurut World Health Organization (WHO), salah satu kriteria rumah sehat adalah rumah yang memiliki luas permukaan per kapita minimal 10 m.

Lebih sering terjadi di daerah perkotaan daripada di daerah pedesaan. Hal ini mengacu pada daerah perkotaan yang semakin padat dibandingkan dengan daerah pedesaan.

Selain luas lantai per kapita, indikator lain yang dapat mempengaruhi kualitas rumah juga dapat dilihat melalui jenis lantai. Rumah yang sehat memiliki semacam lantai, bukan tanah. Berdasarkan data Susenas 2017, hampir seluruh rumah tangga di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah tinggal di rumah berlantai tanah, dan hanya 0,18 persen rumah tangga yang masih tinggal di rumah berlantai tanah. Pada tahun 2017, persentase rumah tangga di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang tinggal di rumah dengan lantai kosong adalah 99,82 persen. Jika dilihat menurut tempat tinggal, persentase rumah tangga yang tinggal di rumah dengan lantai kosong di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan.

Indikator lain yang digunakan untuk menunjukkan kualitas rumah adalah penggunaan atap dan dinding. Atap yang layak adalah atap yang terbuat dari beton, genteng, sirap, seng dan asbes. Dari hasil Susenas 2017 rumah tinggal dengan atap yang layak hampir mencapai 100 persen yaitu 99,32 persen, meningkat dari tahun 2016 yang mencapai 98,90 persen. Sama halnya dengan trotoar, persentase rumah tangga dengan atap sendiri juga lebih banyak ditemukan di perkotaan dibandingkan di perdesaan.

Daftar 38 Provinsi Di Indonesia

Aspek perumahan yang harus diperhatikan adalah ketersediaan penerangan. Dengan penerangan yang cukup, manusia dapat hidup sehat, nyaman dan aktif. Penerangan yang dianggap paling baik adalah yang berasal dari listrik. Listrik yang dikonsumsi masyarakat adalah listrik yang dikelola oleh perusahaan negara, baik PLN maupun yang berasal dari sumber non-PLN.

Fasilitas dasar lain yang penting agar rumah nyaman dan sehat untuk ditinggali adalah tersedianya air bersih. Ketersediaan dalam jumlah yang cukup, terutama untuk minum dan memasak, menjadi tujuan program penyediaan air bersih yang terus digencarkan pemerintah.

Pada tahun 2017, sebagian besar rumah tangga di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggunakan air minum sendiri. Namun, masih ada sekitar sepuluh persen rumah tangga yang tidak menggunakan air minum sendiri untuk kebutuhan sehari-hari. Jika dilihat menurut jenis sumber air minumnya, rumah tangga di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar menggunakan AMDK/air isi ulang bermerek untuk memenuhi kebutuhan minum sehari-hari yaitu 57,96% Selain itu, sumber air minum yang juga banyak yang digunakan oleh rumah tangga di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sumur terlindung yaitu sebesar 22,51%.

Syarat rumah sehat lainnya adalah mudah buang air besar. Pada tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, persentase rumah tangga yang memiliki tempat buang air besar sendiri sebesar 85,79%. Secara komparatif, persentase rumah tangga yang menggunakan jamban mereka lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Persentase keluarga yang sudah memiliki jamban sendiri di perkotaan lebih dari 90 persen, sedangkan di perdesaan masih di bawah 80 persen. Itu adalah persentase rumah tangga untuk kemudahan buang air besar: artikel ini perlu diadaptasi untuk memenuhi standar Wikipedia. Tidak ada alasan yang diberikan. Harap kembangkan artikel ini sebanyak mungkin. Pengorganisasian artikel dapat dilakukan dengan wiki atau membagi artikel menjadi paragraf. Jika dipesan, hapus model ini. (Pelajari bagaimana dan kapan menghapus template ini)

Persiapkan Pengawasan Tahapan Pemilu 2024, Bawaslu Pangkalpinang Diminta Tingkatkan Hubungan Antarlembaga

Beras 27 butir

Peta provinsi kepulauan bangka belitung, lpse provinsi kepulauan bangka belitung, wisata kepulauan bangka belitung, kepulauan bangka belitung, bangka belitung termasuk provinsi, ibukota provinsi bangka belitung, ibukota provinsi kepulauan bangka belitung, peta kepulauan bangka belitung, pemerintah provinsi kepulauan bangka belitung, peta provinsi bangka belitung, provinsi kepulauan bangka belitung, provinsi bangka belitung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2021 KANHA MEDIA