Wisata Bali

Desa Trunyan

Published on

Desa Trunyan: Lokasi, Wisata, Fasilitas dan Tiket Masuk, Desa Trunyan adalah sebuah daerah di Bali yang memiliki kesan mistis dan menyeramkan. Bagaimana tidak, pengunjung akan disajikan pemandangan deretan tengkorak dan tulang manusia. Tak hanya itu, banyak mayat digeletakkan begitu saja di jalan. Penasaran bagaimana penjelasan lengkapnya? Simak bacaan di bawah ini, ya!

Sejarah Singkat Desa Trunyan

Sebelum membahas lebih jauh, Anda harus mengetahui bagaimana sih sejarah dari Desa Trunyan ini yang secara sekilas mengingatkan kondisi masyarakat Bali pada zaman dahulu. Tentunya yang masih berpegang teguh pada ajaran nenek moyang.

Masyarakat Desa Trunyan adalah salah satu dari tiga suku asli dari Bali dan bukan termasuk pengungsi dari Kerajaan Majapahit pada waktu itu. Kedua suku lainnya ada di Karangasem dan Buleleng. Hal ini dibuktikan dengan adanya pura kuno yang dinamakan “Pura Pancering Jagat”.

Pada tahun 813 masehi, Raja Singhamandawa memberikan izin pura ini untuk dijadikan tempat pemujaan dan dilengkapi dengan tumpang pitu yang dipercaya sebagai pura pertama di Bali.

Masyarakat menyebut dirinya sebagai keturunan dari Ratu Sakti Pancering Jagat sebagai orang pertama dari langit yang menempati tanah Bali. Tak heran, walaupun masih dalam satu pulau, tapi tradisi pemakaman mereka berbeda dengan daerah yang lain.

Foto Instagram: @ven_jian_hao

Lokasi Desa Trunyan

Desa Trunyan Bali  terletak di sebelah timur Danau Batur, tepatnya di Kabupaten Bangli. Anda tidak perlu menghabiskan banyak waktu dan biaya untuk ke sana. Cukup datang ke dermaga Kedisan yang terletak di tepi Danau Batur, Kintamani dan menyewa perahu dengan biaya kurang lebih Rp. 100.000 per orang.

Anda bisa menikmati perjalanan sambil menikmati pemandangan sekitar sambil mempersiapkan mental untuk melihat mayat, tengkorak, dan tulang manusia. Anda akan menempuh waktu selama 30-45 menit.

Selama itu, Anda tidak akan jenuh karena disuguhi panorama yang sangat indah yang terdiri dari birunya air, deretan pegunungan Gunung Batur ditambah dengan semilir angin yang membuat rileks tubuh. Anda bisa datang ke lokasi ini saat diadakan acara pemakaman yang dinamakan Mapasah.

Mapasah artinya adalah kubur angin, yang mana mayat dibiarkan begitu saja tanpa dikubur atau dibakar seperti pada umumnya. Cara ke tempat ini adalah Anda harus berada di Desa Induk Belongan Trunyan, kemudian naik sampan menuju sebelah utara selama kurang lebih 10 menit.

Destinasi Wisata yang Bisa Dinikmati

Selain melihat bangunan perumahan warga dan Pura seperti pada umumnya. Anda akan disajikan beberapa destinasi wisata Desa Trunyan yang bisa dinikmati, baik untuk berfoto atau penelitian etnografi (kebudayaan). Penasaran apa saja? Ini dia jawabannya:

1. Tempat Pemakaman yang Unik

Mayat memang digeletakkan begitu saja, tidak dimasukkan ke dalam peti ataupun dibakar. Namun, bukan berarti menelantarkan ya, ada tempat khusus yang dan biasanya anggota keluarga yang masih hidup akan memagari jasadnya dengan bambu serta meletakkan sesajen di sampingnya.

Walaupun namanya pemakaman, ternyata tidak semua orang bisa mendapatkan tempat di sana, lho. Hal ini dikarenakan hanya ada 11 ruang Mapasah untuk 11 jenazah dengan memenuhi beberapa syarat di bawah ini sesuai dengan keadaan meninggalnya:

  • Sema Bantas untuk mereka yang meninggal dengan cara yang kurang wajar seperti kecelakaan.
  • Sema Wayah untuk orang dewasa yang sudah meninggal dengan cara wajar.
  • Sema Muda yaitu pemakanan khusus anak-anak dan bayi.

2. Pemandangan Tengkorak yang Tidak Berbau Walaupun Busuk

Seperti yang telah Anda ketahui, bahwasanya lama kelamaan mayat jika dibiarkan begitu saja akan membusuk dan menimbulkan bau busuk yang menyengat. Namun, hal tersebut tidak berlaku di Desa Trunyan Bali.

Semua mayat dan tengkorak yang berserakan, tidak menimbulkan bau sama sekali. Oleh karena itu, tak heran jika banyak wisatawan yang berkunjung dan mengambil foto dan tetap merasa nyaman berada di sana.

3. Pemandangan Pohon Taru Menyan

Pohon ini konon sudah ada semenjak abad ke 11 dan tumbuh dengan subur. Mitos yang berkembang, pohon taru menyan menebarkan bau yang wangi hingga tercium ke bagian tengah Pulau Jawa.

Kala itu ada empat bersaudara yang berasal dari Keraton Surakarta, 1 perempuan dan 3 laki-laki pernah terhipnotis hingga berusaha untuk mencari di mana sumber bau wangi tersebut. Saudara sulung terpikat oleh dewi penunggu pohon tersebut hingga akhirnya menikah.

Mereka mendirikan kerajaan kecil dan sang raja ingin melindungi wangi pohon taru menyan dengan meletakkan mayat di bawahnya agar tidak diketahui oleh orang di luar sana. Hal inilah yang membuat mayat tersebut tidak berbau walaupun sudah lama.

Kesimpulan yang bisa diambil adalah pohon inilah yang sebenarnya menetralisir bau busuk dari mayat-mayat yang digeletakkan begitu saja.

4. Tradisi Pemakaman yang Beraneka Ragam

Masyarakat Desa Trunyan Kintamani ternyata tidak hanya memiliki satu tradisi penguburan saja, tetapi juga ada Ngaben. Hanya saja Ngaben dipraktekkan sedikit berbeda dengan yang biasa dilakukan oleh masyarakat agama Hindu di Bali.

Selain itu, masyarakat Desa Trunyan juga melakukan tradisi “kubur tanah” seperti yang lazim dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Semoga ketika Anda berkunjung ke sana, mendapatkan keberuntungan dengan melihat langsung proses pemakamannya.

Jadi, itu dia beberapa destinasi yang bisa Anda nikmati. Namun perlu diingat, karena beberapa spot di sana ada yang disakralkan dan cukup angker, jadi Anda tidak boleh mengambil foto sembarangan. Selain itu, juga harus menjaga etika dan sopan santun, ya.

Fasilitas

Anda tidak perlu khawatir jika di sana akan tersesat atau tidak mengetahui apa saja larangannya, karena sudah ada pemandu yang bisa disewa.

Selain itu, Anda juga akan mendapatkan fasilitas untuk penyeberangan, baik dari pinggiran Danau Batur ataupun menuju lokasi pemakaman Mapasah. Harganya tidak mahal kok, Anda cukup menyediakan biaya mulai dari Rp. 100.000.

Apabila ingin menginap karena sudah terlalu malam dan lelah, tenang saja ada beberapa hotel, penginapan dan restoran di sekitar Desa Trunyan. Di antaranya adalah Lakeview Ecolodge, Natural Hot Spring, dan Camping Resort serta Hotel Segara and Restaurant.

Keunikan pemakaman ini tidak boleh Anda lewatkan, jadi usahakan untuk mempersiapkan mental dan persediaan yang cukup, ya.

Tiket Masuk ke Desa Trunyan

Walaupun desa adat, tapi Anda juga akan dikenakan tiket masuk, lho. Pertama Anda harus mempersiapkan biaya sekitar Rp. 1.000.000 untuk menyewa perahu dengan kapasitas maksimal 7 orang, Rp. 900.000 untuk 4 orang, Rp. 750.000 untuk 2 orang.

Lho kok mahal? Tenang harga tersebut include tiket masuk, kok. Jadi, Anda bisa langsung menikmati semua pemandangan dan ritual yang ada di sana. Apabila diperhitungkan, lebih murah biayanya jika Anda datang beramai-ramai, entah itu dengan saudara, teman, keluarga, atau kekasih.

Tetap selalu ingat letak dan rute Desa Trunyan ini, ya. Jagalah etika dan kebersihkan, jangan sampai melakukan kesalahan yang akan berakibat fatal di kemudian hari, mengingat kesakralan budaya nenek moyang masih dijaga dengan utuh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2021 KANHA MEDIA